Siapa yang tak kenal dengan gunung Semeru? Gunung berapi tertinggi di pulau Jawa ini memang memiliki daya tarik tersendiri di kalangan para pendaki maupun penikmat alam itu sendiri. Puncak Para Dewa, begitulah sebutan untuk gunung ini mengingat kita bisa menyaksikan riak samudra awan putih dari puncak, seolah-olah kita memang sedang berada dalam singgasana langit-Nya.
Pesona yang dimilikinya membuat sekelompok laki-laki dan perempuan dari
Bandung dilanda penasaran untuk mencoba mendakinya. Dari Bandung menuju
Malang kami menggunakan kereta api Malabar dari Stasiun Hall Bandung.
Kami mendapatkan gerbong ekonomi plus yang harga tiketnya Rp 140.000,-
per orang yang sudah kami pesan sekitar 3 minggu sebelum keberangkatan
mengingat masih suasana lebaran 1433 H. Rentang waktunya memang cukup
lama, tapi itu sangat memudahkan kita sendiri ketika keberangkatan.
Pihak Kereta Api Indonesia juga memberikan pelayanan yang nyaman dan
memuaskan sekarang, saat pembelian tiket kita juga perlu menunjukkan KTP
karena tiket yang dipesan hanya untuk satu identitas penumpang saja.
Bagi penumpang yang identitas di KTP dan tiketnya berbeda maka tidak
diperkenankan untuk menaiki kereta yang bersangkutan. Awalnya memang
terlihat seperti yang merepotkan bagi saya sendiri, tapi mungkin itulah
salah satu faktor yang membuat stasiun sekarang lebih rapi, tertib dan
bebas dari calo. Hebatnya lagi, pukul 15.30 WIB tepat kereta api Malabar
berangkat dari Stasiun Hall sesuai jadwal!
Kami sampai Stasiun Malang sekitar pukul 07.30 WIB.Tujuan selanjutnya
adalah Tumpang, tepatnya di Posko Pendakian Bromo Semeru guna menyewa
jeep, kendaraan four-wheel drive yang katanya mampu membawa rombongan
pendaki hingga Ranu Pani. Biayanya Rp 30.000,- per orang dan kita harus
menunggu hingga kuota 15 orang terpenuhi. Karena jeep akan berangkat
kalau kuotanya sudah cukup.
Tengah hari sekitar pukul 12.00 WIB rombongan kami berangkat. Di perjalanan kami singgah terlebih dahulu di Seksi Pengelolaan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru untuk mengurus surat perizinan pendakian. Seluruh calon pendaki gunung Semeru wajib untuk mengajukan surat izin untuk masuk wilayah konservasi berupa surat pernyataan yang ditempeli materai Rp 6.000,- per kelompok. Masing-masing pendaki juga wajib menyerahkan fotokopi identitas (KTP/ SIM/ KTM/ Kartu Pelajar) rangkap dua serta fotokopi surat keterangan sehat dari dokter. Kita bisa mendapatkan surat keterangan sehat dari Posko Pendakian Bromo Semeru di Tumpang dengan membayar investasi sebesar Rp 6.000,- per orang jika belum dipersiapkan. Tak lupa juga membayar biaya perizinan perorangan. Total biaya untuk pelajar/ mahasiswa adalah Rp 5.750, untuk umum adalah Rp 7.000, dan untuk wisatawan mancanegara adalah Rp 24.500,-. Bagi pendaki nusantara yang membawa perlengkapan dokumentasi, maka akan dikenai biaya tambahan Rp 5.000,- per kamera dan Rp 15.000,- per handycam. Bagi pendaki/ wisatawan mancanegara dikenai tambahan biaya Rp 50.000,- per kamera dan Rp 150.000,- per handycam.
Menaiki Jeep |
Tengah hari sekitar pukul 12.00 WIB rombongan kami berangkat. Di perjalanan kami singgah terlebih dahulu di Seksi Pengelolaan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru untuk mengurus surat perizinan pendakian. Seluruh calon pendaki gunung Semeru wajib untuk mengajukan surat izin untuk masuk wilayah konservasi berupa surat pernyataan yang ditempeli materai Rp 6.000,- per kelompok. Masing-masing pendaki juga wajib menyerahkan fotokopi identitas (KTP/ SIM/ KTM/ Kartu Pelajar) rangkap dua serta fotokopi surat keterangan sehat dari dokter. Kita bisa mendapatkan surat keterangan sehat dari Posko Pendakian Bromo Semeru di Tumpang dengan membayar investasi sebesar Rp 6.000,- per orang jika belum dipersiapkan. Tak lupa juga membayar biaya perizinan perorangan. Total biaya untuk pelajar/ mahasiswa adalah Rp 5.750, untuk umum adalah Rp 7.000, dan untuk wisatawan mancanegara adalah Rp 24.500,-. Bagi pendaki nusantara yang membawa perlengkapan dokumentasi, maka akan dikenai biaya tambahan Rp 5.000,- per kamera dan Rp 15.000,- per handycam. Bagi pendaki/ wisatawan mancanegara dikenai tambahan biaya Rp 50.000,- per kamera dan Rp 150.000,- per handycam.
Setelah makan siang dan mengecek kembali perbekalan, kami berangkat dari
Ranu Pani menuju Ranu Kumbolo sekitar pukul 15.00 WIB. Bendera
merah-putih yang berkibar dengan megahnya seakan menyambut perjalanan
kami. Jalur Ranu Pani menuju Ranu Kumbolo yang berjarak sekitar 10,5 km
sendiri terbagi menjadi beberapa titik. Kita akan melewati Landengan
Dowo dan Watu Rejeng terlebih dahulu. Jalur ini lumayan menguras tenaga
karena menanjak di awal perjalanan.Oksigen yang mulai menipis akan
membuat beberapa orang, terutama bagi yang pertama naik gunung mengalami
kondisi mountain sickness. Yaitu berkurangnya peredaran oksigen oleh
darah ke otak sehingga akan mengalami pusing atau bahkan mual selama
pendakian. Dengan jalan perlahan tapi stabil serta menghirup udara
secara mendalam melalui hidung dan dikeluarkan lewat mulut akan cukup
membantu untuk menstabilkan dan membantu tubuh beradaptasi dengan
lingkungan. Beberapa pohon yang melintang dan jurang di kanan-kiri jalur
juga cukup membuat kami berkonsentrasi kepada langkah. Ada pula batang
pohon yang menghalangi sehingga kita harus agak merunduk untuk
menghindarinya.Pergerakan akan cukup susah bagi pendaki yang membawa
ransel carrier yang cukup tinggi. Kita bisa beristirahat di pos-pos yang
sudah ada sepanjang perjalanan. Setidaknya ada 4 pos yang ditemui
selama perjalanan. Hanya saja kondisi pos 3 sedang ambruk waktu itu.
Ranu Kumbolo adalah tempat bermalam kami yang pertama. Area seluas 15 Ha dengan ketinggian sekitar 2400 mdpl dan suhu antara -5 hingga -20 derajat Celcius ini bakal membuat pendaki kedinginan. Jaket, sarung tangan dan kaos kaki yang tebal adalah perlengkapan yang nampaknya harus dipakai di tempat ini.Namun, semua itu sirna dengan pemandangan matahari terbit di tempat ini.Matahari yang muncul nampak diapit oleh dua punggungan dan terbiaskan oleh danau yang begitu jernih menjadi objek yang menarik untuk diabadikan, terutama oleh para fotografer.
Ranu Kumbolo adalah tempat bermalam kami yang pertama. Area seluas 15 Ha dengan ketinggian sekitar 2400 mdpl dan suhu antara -5 hingga -20 derajat Celcius ini bakal membuat pendaki kedinginan. Jaket, sarung tangan dan kaos kaki yang tebal adalah perlengkapan yang nampaknya harus dipakai di tempat ini.Namun, semua itu sirna dengan pemandangan matahari terbit di tempat ini.Matahari yang muncul nampak diapit oleh dua punggungan dan terbiaskan oleh danau yang begitu jernih menjadi objek yang menarik untuk diabadikan, terutama oleh para fotografer.
Tanjakan Cinta |
Ada satu tanjakan yang populer di kalangan pendaki, Tanjakan Cinta. Beberapa berpendapat kalau bentuknya menyerupai bentuk hati jika dilihat dari kejauhan. Barang siapa yang mampu mendaki tanjakan ini tanpa berhenti, tidak menengok ke belakang dan menyebutkan nama seseorang yang dipikirkan konon katanya itulah yang akan menjadi jodohnya. Sekali lagi ini hanya sekedar rumor pembicaraan di kalangan pendaki.Tanjakan inilah titik mula perjalanan menuju Kalimati. Jarak tempuhnya adalah sekitar 7,5 km dan pendaki akan melewati Cemoro Kandang dan Jambangan terlebih dahulu. Stepa dengan ketinggian 2460 mdpl yang terkenal dengan nama Oro Oro Ombo menjadi pemandangan yang menarik sebelum beristirahat sejenak di Cemoro Kandang. Karena kita akan merasa seolah-olah sedang berada di sebuah padang yang luas di Afrika. Jalur setelahnya lumayan mendaki dan berdebu.Penutup wajah seperti masker atau syal disarankan untuk digunakan.Sekitar 4-5 jam perjalanan kami memutuskan untuk bermalam di Kalimati.
Kalimati |
Di sebelah Barat Kalimati ada sebuah mata air yang tak pernah kering dan
langsung bisa diminum bernama Sumber Mani. Dengan waktu tempuh sekitar
30-45 menit, disarankan untuk mengambil air secukupnya sesuai kebutuhan.
Inilah hiburan dan kegembiraan tersendiri bagi kami mengingat sensasi
kesegaran airnya yang akan sulit dicari jika melakukan pendakian di
tempat yang lain.Kita juga bisa melihat tingkah polah burung yang sedang
mencari sisa-sisa makanan dari bekas campyang ditinggalkan pendaki.
Disarankan untuk tidur setelah Maghrib-Isya karena pendakian menuju
puncak Mahameru dilakukan saat pagi-pagi buta dan harus kembali menuju
camp sebelum pukul 10.00 WIB. Karena angin yang membawa asap beracun
dari kawah Jonggring Saloka akan berubah setelah waktu tersebut. Sekitar
pukul 00.30 WIB kami mulai mendaki setelah sebelumnya menghangatkan
diri dengan makanan dan air yang telah dipanaskan.
Beberapa lapis pakaian, jaket dengan lapisan polar, sarung tangan, kaos kaki, penutup wajah, kacamata hitam, kupluk, senter atau headlamp dan pelindung sepatu merupakan peralatan yang harus dipakai mengingat suasana yang dingin dan berdebu selama pendakian menuju puncak. Saya sendiri menggunakan 5 lapis baju ditambah jaket dan raincoat.
Diawali menuju Arcopodo dengan ketinggian 2900 mdpl, jalur sepanjang 1,2 km ini lumayan menanjak. Ditemui juga banyak pendaki yang membuat camp di tempat ini. Istirahat sejenak untuk menstabilkan nafas akan membantu karena setelah ini adalah pendakian menuju puncak Mahameru!
Beberapa lapis pakaian, jaket dengan lapisan polar, sarung tangan, kaos kaki, penutup wajah, kacamata hitam, kupluk, senter atau headlamp dan pelindung sepatu merupakan peralatan yang harus dipakai mengingat suasana yang dingin dan berdebu selama pendakian menuju puncak. Saya sendiri menggunakan 5 lapis baju ditambah jaket dan raincoat.
Diawali menuju Arcopodo dengan ketinggian 2900 mdpl, jalur sepanjang 1,2 km ini lumayan menanjak. Ditemui juga banyak pendaki yang membuat camp di tempat ini. Istirahat sejenak untuk menstabilkan nafas akan membantu karena setelah ini adalah pendakian menuju puncak Mahameru!
Arcopodo |
Disarankan agar setiap pendaki dalam tim membawa air minum dalam botol berukuran 600 ml dan makanan manis yang mengandung kalori yang cukup untuk mendaki seperti cokelat atau gula jawa untuk menghindari hal yang tidak diinginkan seperti terpisah atau tertinggal jauh dari rombongan. Sehingga kita sendiri mempunyai bekal yang cukup hingga puncak.Karena jalur lurus berpasir dan berbatu disini sangat membuat saya kerepotan. Perumpamaan yang beredar di kalangan pendaki adalah 5-3, yaitu jika kita berjalan lima langkah, maka akan merosot kembali ke bawah tiga langkah. Walaupun jarak dari Arcopodo hingga puncak hanya 1,5 km, membutuhkan waktu sekitar 4-6 jam untuk menempuhnya. Jika dari awal pendakian membawa tongkat maka akan sangat membantu disini.
Pemandangan di Perjalanan menuju Puncak Semeru |
SUMBER
0 komentar:
Posting Komentar